Mengenai Saya

Foto saya
Sudah semestinya kita berbagi. Tapi hanya kebahagiaan yang ingin kubagi padamu sahabat. Sedangkan kesedihan dan duka lara, adalah kebahagiaan juga. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memandang semua kedukaan menjadi kebahagiaan dimata hatinya. Pasti kitalah orang-orang terpilih itu. "Pursuit to Happyness"

Rabu, 27 April 2011

Satu Alasan Kita Boleh Membunuh

Ketika tantangan hidup mulai memuncak, aku tahu apa yang harus dilakukan. Menarik nafas panjang, mencoba menenangkan hati dan menjernihkan pikiran. Aku tidak ingin menganggap bahwa kesulitan hidup adalah sebuah ‘masalah’, ia adalah ‘tantangan’. Bukan bermaksud menghindar, tapi hanya ingin mencoba untuk istiqomah dengan positive thinking. Setiap manusia pasti akan mengalami siklus yang sama; bahagia, sedih, depresi, kecewa, dll. Satu yang membedakan adalah cara bersikap terhadap setiap kejadian yang berlaku. Meski kadang sebagai manusia biasa, rasanya ingin membunuh seseorang pada saat menghadapi cobaan hidup yang berat dan ada orang lain yang menertawakan derita kita. Betapa banyak orang yang dengan mudahnya menghabisi orang lain, baru merasa menyesal dibelakang hari ketika semuanya sudah terlambat! Lalu siapa yang boleh dibunuh tanpa ada pihak lain yang merasa kehilangan ataupun dirugikan, dan kita tidak takut disangka kriminal?

Sebelumnya aku harus berterima kasih kepada Tuhan yang memberiku kesempatan dilahirkan dalam naungan rasi bintang ‘penyeimbang’. Sehingga ketika terjadi ketidakseimbangan dalam diriku, dengan sendirinya tubuh ini akan memberikan peringatan untuk kembali ke jalur keseimbangan. Beruntungnya aku karena dalam tubuhku mengalir tipe darah A, sehingga sangat mafhum jika aku mudah cemas, terlalu memikirkan sesuatu hingga mengakibatkan stress, dan terlalu banyak pertimbangan dalam memutuskan sesuatu. Semua bagiku adalah keberuntungan. Meski mungkin dimata orang lain itu adalah kelemahan. Sebuah ungkapan yang terlintas adalah ‘no body perfect’. Inilah aku dengan segala kelebihan dan kekurangan.

Satu hal yang kusukai dari dulu adalah mencoba melakukan hal-hal baru, pola-pola baru, dan sedikit bereksperimen dengan diriku sendiri, termasuk untuk melakukan hal-hal yang kebanyakan orang mungkin akan mengatakan konyol. Bagaimanapun itu, bagiku sangat penting untuk bisa mengetahui diriku utuh, maka aku harus mengeksplorasi diri. Menjadi korban eksperimen diri sendiri adalah sesuatu yang menyenangkan dan kadang-kadang aku menertawakan diri ini untuk hal yang satu itu.

Ada keingintahuan besar untuk meneliti tentang ‘kemalasan’. Mungkin aku salah satu yang sangat ahli dalam bidang ini. Tapi aku yakin diluar sana ada ratusan, ribuan atau bahkan jutaan orang yang lebih ahli dalam bidang ‘per-malas-an’. Ingat, kemalasanku adalah sebuah eksperimen. Berapa banyak orang yang tidak mengetahui dan terjebak dengan kemalasannya, sehingga mengantarkannya kejurang kehancuran. Sedikit temuan dari hasil observasiku menyatakan bahwa kemalasan seperti psikotropika, membuat kecanduan. Ia sangat, sangat berbahaya. Jadi aku sarankan berhati-hatilah dengannya! Jika tidak punya keahlian untuk bangkit dari kemalasan, jangan pernah sekali-kali mencobanya. Begitu terjatuh dalam kemalasan, maka selamanya akan menjadi budak kemalasan. berjuta kata motivasi akan menjadi tumpul bila sudah kerasukan sifat malas, bahkan untuk yang baru mendaftar menjadi pemalas pemula. Begitu dahsyat efek malas terhadap manusia. Ada yang mengatakan bahwa malas adalah hasil persahabatan manusia dengan setan. Tapi menurut pendapatku, yang menjadi setan adalah diri pemalas itu sendiri. Aku menjadi setan, kamu menjadi setan dan anda semua menjadi setan ketika malas menjadi raja dalam diri ini. Kenapa aku bisa mengatakan semua ini kepada anda? Patut dicatat, bahwa aku telah meneliti ‘kemalasan’ selama bertahun-tahun, sehingga setidaknya aku cukup ahli untuk membuat pernyataan dihadapan anda semua.

Mari kita lihat efek kemalasan dalam perilaku kita sehari-hari. Kita ambil contoh seorang pelajar yang malas belajar. Ia akan berusaha keras mengembang biakkan kemalasan dalam dirinya dengan tidak belajar dengan benar. Mungkin ia membuka buku dan mencoba belajar, tapi pikirannya tidak bisa menangkap pelajaran karena sedang touring kemana-mana. Ketika malas sudah mengurat dan mengakar dalam dirinya, hal yang ia lakukan adalah menunda-nunda untuk belajar. Argumen yang dibangun adalah ‘masih ada hari esok’ atau ‘nanti sajalah’. Maka buah yang akan dituai ketika ujian adalah panik menghadapi ujian, karena tidak siap. Sehingga alternatif tindakan yang akan dibuat adalah mencoba membuat contekan, mencontek teman saat ujian, pergi ke paranormal untuk mendoakan pensilnya agar bisa menjawab soal sendiri, atau bahkan berdoa lebih hebat menjelang ujian. Meski berdoa adalah perbuatan yang sangat dianjurkan, tapi dengan niat mencapai hasil baik dalam waktu yang instan adalah seperti menegakkan benang basah. Dalam kenyataannya kita bisa melihat, berapa banyak pelajar sekarang yang mudah terserang depresi dan stres berat dalam menghadapi ujian akhir? Ini sudah pasti adalah buah dari kemalasan tak tertanggungkan yang ditanam selama bertahun-tahun dalam diri mereka. Sekali lagi, dalam contoh ini membuktikan bahwa kemalasan menghambat proses hidup yang normal. Atau dengan kata lain, kemalasan membuat seseorang menjadi abnormal. Ia menjadi orang yang ragu, tidak percaya diri, lambat bersikap dan sangat mencintai menunda-nunda pekerjaan. Untuk kasus yang lebih ekstrim, kemalasan bisa berujung pada kematian.

Tabiat malas bisa menjelma dalam ribuan rupa. Berdasarkan hasil observasi mendalam, korupsi adalah satu dari sekian bentuk perwujudan malas. Dari sisi pelaku korupsi, rasa malas untuk mengumpulkan harta dengan cara normal adalah menjadi penyebabnya. Tindakan yang dilakukan adalah mencari jalan pintas (shortcut). Bentuknya bisa menggelapkan dana institusi, mencuri uang rakyat, menilep dana bantuan kemanusiaan dan lain-lain. Lemah dalam menindak pelaku korupsi adalah bentuk kemalasan yang lain. Sehingga ketika kemalasan sudah sampai kepada pengambil kebijakan, maka imbasnya adalah merajalelanya penyimpangan dan kriminalitas dalam masyarakat. Memang siklus untuk sampai bisa mengatakan korupsi adalah satu bentuk kemalasan sangatlah panjang, tapi bisa dirangkum dalam sedikit ilustrasi diatas. Selebihnya biarkan pikiran dan imajinasi anda bekerja keras untuk mengurai urutan langkahnya, hal ini menjaga agar pikiran anda tidak terkena virus malas juga.

Dalam konsep kehidupan berbangsa dan bernegara pun rasa malas menyaru dalam beragam bentuk, yang mengakibatkan negara selalu dalam keadaan terancam, tidak tenteram, tidak sejahtera dan diliputi ketidak stabilan. Tiga pilar pembangunan yaitu pemerintah, masyarakat dan swasta; juga bisa menyebarkan virus malas dengan caranya masing-masing. Lalu apa langkah antisipasi terhadap rasa malas itu?

Sedikit tips untuk para pelaku malas yang masih berkeliaran di luar sana, adalah memastikan bahwa rasa malas yang anda miliki merupakan suatu bentuk eksperimen berperiode waktu. Artinya pada saat tertentu anda harus mengakhirinya dengan kesadaran penuh, ‘over is over, no more’. Ketika kemalasan sudah mencapai puncak, anda tahu kapan harus menghentikannya. Ini dimaksudkan agar tidak terjebak semakin dalam menjadi seseorang yang kecanduan malas. Tips lainnya adalah sering-seringlah berinteraksi dan berdiskusi dengan orang lain. Pastikan orang yang diajak bicara bukan termasuk kedalam golongan pemalas, sehingga anda akan terpacu meniru habit-nya. Cobalah untuk mencari tahu mengapa dia bisa imun terhadap virus malas yang merajalela. Jika anda adalah orang yang beragama, disarankan untuk berlatih berbuat kebajikan diluar kebiasaan normal yang sering anda lakukan. Jika anda suka bersedekah atau berderma, cobalah sesering mungkin melebihkan uang sedekah atau derma anda 10x lipat dari biasanya. Jika anda suka beribadah, maka cobalah beribadah 10x lebih hebat dari sebelumnya, dan cobalah menciptakan trend kenaikan angka kebajikan sedikit demi sedikit, namun konsisten naik. Last but not least, jangan pernah berpikir untuk menjadi ahli dalam hal bermalas-malasan. Jadilah ahli dalam bidang apa saja tapi tidak untuk yang satu ini, karena terbukti kemalasan menjadi sebab musabab dari banyak perilaku menyimpang dan melawan hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Biarkan saja aku yang menjadi ahli dalam hal ini, karena dari sinilah anda bisa belajar betapa ruginya menjadi orang yang pemalas. Inilah satu-satunya alasan diperbolehkannya membunuh musuh kita bersama, yaitu: malas!


(Gajayana,Medio April 2011/ fhw)

Tidak ada komentar: