Mengenai Saya

Foto saya
Sudah semestinya kita berbagi. Tapi hanya kebahagiaan yang ingin kubagi padamu sahabat. Sedangkan kesedihan dan duka lara, adalah kebahagiaan juga. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memandang semua kedukaan menjadi kebahagiaan dimata hatinya. Pasti kitalah orang-orang terpilih itu. "Pursuit to Happyness"

Jumat, 30 September 2011

Batik-kan Batinku

Akhir-akhir ini mengenakan batik seperti sebuah ritual baru dalam keseharianku. Alasan pertama yang masuk diakal adalah karena pesonanya yang tak terhindarkan untuk layak dilekatkan di badan, setiap hari. Kedua, karena stok baju yang ada di almari memang kebanyakan batik. Sebenarnya aku tidak terlalu memperhatikan gaya berpakaianku. Namun istriku yang cantik rupawan dan baik hatinya-lah yang selalu mengingatkan pentingnya penampilan seseorang. Paling tidak kesan pertama (outer beauty) harus mengesankan, dan selanjutnya tampilan dalam (inner beauty) juga harus(nya) lebih mengesankan. Begitu kira-kira pesan implisit untukku. Entah mengapa ketika membongkar tas pakaian, didalamnya kutemukan banyak batik yang terlipat rapi dan wangi. Suatu kebetulan, atau ada maksud tertentu, entahlah..

Perjalanan batik sehingga bisa mengesankan hatiku, tentu berbeda dengan pengalaman orang-orang di luar sana. Aku menyukai batik hand made- maksudku dilukis dengan tangan pengrajinnya satu persatu melalui proses yang unik dan kelihatan complicated bagiku. Sebuah “proses ekspresif”- makin memberi daya tarik magis begitu melihat coraknya. Sebuah goresan yang dengan eksotiknya sanggup merefleksikan hasrat jiwa terpendam, menghasilkan sebuah maha karya yang well-intentioned colour. Sebuah corak asli hasil kontemplasi pribadi yang berbeda bila dikerjakan dengan mesin tentunya. It’s an art. Lalu, apa pentingnya sebuah seni dalam hidup?

Kita mungkin lupa akan anugrah yang diberikan-Nya pada kita. Sebuah cita rasa. Sesuatu yang di instal sama di setiap manusia, namun dengan kadar kepekaan yang berbeda. Oleh karenanya beruntunglah orang-orang yang mengetahui hakekat berkesenian. Seni, meluhurkan hidup kita, meninggikan derajat kita dan sangat berbeda dengan sedikit orang yang “mati” batinnya akan keindahan. Bahkan Tuhan pun menyukai keindahan, menciptakan kita sebagai makhluk terindah, dengan cara-cara yang begitu elegan. Sayangnya beberapa dari kita berpaling dan mencampakkan keindahan dari jiwanya. Sungguh jiwa yang malang, patut dikasihani.

Batik adalah satu seni lukis kain asli dari negeri kita, cerminan budaya adiluhung dan setidaknya menunjukkan karakter kita yang sesungguhnya. Kita adalah bangsa berbudaya tinggi sejak zaman kuda gigit besi. Lalu apa sebab, kita berbeda hari ini?

Warna-warni batik hari ini, adalah proses panjang kisah hidup kita yang pastinya juga berwarna-warni. Kerumitan alur batiknya, adalah tingginya tingkat pemahaman kita yang ditunjukkan dengan sikap yang makin bijak (wise). Mengerti dan paham rumitnya kehidupan namun bisa menjalaninya dengan cara yang sederhana, lugas dan correct. Tidak ngawur, brutal dan anarkhis. Sangat berbeda bukan antara pencinta seni dan pendusta seni?

Hidup adalah seni kawan..

Jika satu daerah di negeri ini setidaknya punya satu corak batik, maka akan ada ratusan corak batik yang mencerminkan karakter dan budaya setiap daerah. Sebuah kekayaan budaya yang mengagumkan. Sebuah identitas. Tidak perlu ribuan seminar dan lokakarya menemukan karakter bangsa. Tidak heran dunia telah mengakuinya. Bahkan pihak lain pun merasa iri dengan kekayaan kita. Sudahkan kita sendiri menghormati dan menghargai apa yang kita miliki? Sesuatu yang sangat dekat, mungkin akan menjadi biasa di mata kita. Namun ketika orang lain mengakuinya, maka itu menjadi hal yang luar biasa. Buru-buru kita ingin angkat senjata merebutnya kembali. Lalu apakah kita akan membiarkan semua kekayaan kita diakui orang lain baru bisa menghargai dan menghormati milik sendiri? Wat een ironie..

Aku menganggap, melalui batik paling tidak aku bisa berlama-lama berinteraksi dengan seni. Meskipun mungkin hanya sebagai pengagum seni (kunst-liefhebber), tapi cukuplah bagiku. Rasa salutku adalah untuk para pekerja seni yang tanpa lelah terus menerus menyegarkan batin kita dengan keindahan. Apapun itu, tidak mudah menjadi bagian dari pencipta keindahan. Bila kita bisa saling menghormati dan menghargai satu sama lain, bukankah itu sebuah hidup yang indah?

Pilihan selalu ada ditangan kita kawan..

Coba kau batik-kan batinku dengan warna-warni indahmu, maka batinmu pun akan menjadi semakin berwarna indah. Aku pun akan mencoba begitu padamu. Cukup fair kurasa.


Panic Room, Malang, Akhir September 2011

F. H. Wismono

Tidak ada komentar: